Menengok Desa Asemi Nunulai di Konawe Utara Yang masih Terisolir

Kolom, Lipsus2,229 views

B612_20161025_144421Penulis : Wildanun Asrin Salelu

(Fakultas Ilmu Budaya (FIB)  Universitas Halu Oleo (UHO)  Kendari,  Sulawesi Tenggara)

Konawe Utara adalah kabupaten pemekaran dari kabupaten Konawe pada tahun 2007 lalu,  yang terdiri atas beberapa kecamatan dan dipecah dengan beberapa desa. Salah satunya adalah Desa Asemi Nunulai,  atau lebih dikenal dengan sebutan Tambua.  Desa Asemi Nunulai ini merupakan pecahan dari kecamatan Asera,  Konut.

Walau demikian,  ternyata Desa Asemi Nunulai ini merupakan desa yang masih terisolir dan masih banyak yang belum mengetahuinya,  sebab desa ini terpencil dibandingkan dengan desa lainnya yang ada di Konawe Utara. Mengingat sarana dan prasarana transportasi menuju ke desa ini tak ada selain melalui sungai Lasolo yang arusnya kencang, meskipun ada jalan namun untuk melaluinya tetap harus melewati sungai Lasolo karena ada tiga jembatan di jalan ini tak berfungsi sebagaimana mestinya karena kayunya sudah lapuk dan membahayakan jiwa kalau berani melintasinya.

Akhirnya roda perekonomian masyarakat setempat tersendat dan bahkan bisa dikatakan lumpuh.  Sebab motor atau kendaraan roda dua saja susah menuju desa itu apalagi roda empat.

Asrin Salelu yang memimpin desa ini tahun 2014 mengatakan,  “untuk saat ini warganya harus bersabar dan menunggu upaya yang dilakukannya agar transportasi menuju ke desanya bisa baik dengan perbaikan jalan,  akan tetapi jembatannya tentunya membutuhkan dana yang cukup besar sehingga jika mengandalkan swadaya dan dana APBD kami rasa tak mampu. Sehingga warga kami minta untuk tetap bertahan dan bersabar dalam hal ini,  untuk saat ini warga kami menggunakan sarana transportasi air yaitu perahu katinting yang digunakan untuk menjangkau ibukota kecamatan Asera dan Ibukota Kabupaten Konawe Utara,  ungkapnya.

Apa boleh buat,  lanjut Asrin,  warga kami kalau mau ke Pasar Asera harus menggunakan katinting karena kalau tidak maka mereka tak bisa menjangkaunya meskipun warga harus mengeluarkan biaya yang cukup besar namun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti bumbu dapur dan lainnya mereka harus mengeluarkan ongkos Rp. 20.000,- sekali jalan menggunakan katinting dan Rp. 30.000,- untuk ojek, sehingga jumlah pengeluaran setiap ke pasar minimal Rp. 100.000,- itu baru ongkos perjalanan untuk satu orang,  lain juga kalau ada barang bawaannya bisa juga dikenakan bayaran sama seperti satu orang, beber Asrin.

Selain kendala ini,  desa Asemi Nunulai juga memiliki sarana pendidikan yang masih minim dan bahkan tenaga pendidiknya yang masih perlu dilakukan pembenahan,  dimana selama ini menunjukkan adanya kekuatiran dalam hal tingkat kepeduliannya dalam hal pendidikan anak didiknya.

Bahkan status guru PNS yang bertugas di sini terkadang hanya tiga kali dalam seminggu aktif memberikan pembelajaran.

Sungguh suatu keadaan yang sangat memperihatinkan,  sehingga tiba gilirannya pemerintah mengarahkan pandangannya ke desa ini,  dimana pembangunan sarana prasarana transportasi, pendidikan,  kesehatan harus di utamakan mengingat desa ini adalah bagian dari kita juga yang harus diperhatikan agar kedepan masyarakat di desa ini dapat menikmati peningkatan dan laju perekonomian dan kemajuan tekhnologi serta kesejahteraan dapat terwujud. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *