Penuh Haru, Upacara Detik-Detik Proklamasi Para Mantan Teroris dan Kombatan

Daerah, Regional439 views

Kabarone.com,Lamongan – Upacara pengibaran bendera merah putih pada detik-detik Proklamasi 17 Agustus dalam rangka peringatan HUT ke- 74 kemerdekaan Republik Indonesia digelar di kampung halaman Amrozi (sekarang Yayasan Lingkar Perdamaian), kini yang ke tiga kalinya, tepatnya di Desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Lamongan Jawa Timur, Sabtu, (17/8/2019). Upacara di ikuti oleh para mantan combatan dan mantan narapidana terorisme (Napiter), beserta Keluarganya.

Upacara yang digelar di halaman Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) tepatnya di kampung halaman Amrozi Bom Bali satu. Tepat pada pukul 08.00 WIB yang dipimpin langsung oleh Kapolres Lamongan AKBP. Febby D.P. Hutagalung sebagai Inspektur upacara dan juga di hadiri oleh Kejari Lamongan, Kodim 0812 Lamongan beserta jajaran, anggota Polres Lamongan beserta jajaran, BNPT, Bakesbangpol, Fokompimda dan SKPD Kabupaten Lamongan, dan masyarakat Desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Lamongan. Upacara kemerdekaan ini digelar atas kerjasama Yayasan Lingkar Perdamaian dengan Polres Lamongan.

Pada pemberitaan sebelumnya dijelaskan, ” Direktur Yayasan Lingkar Perdamaian, bertugas sebagai pembaca Teks Proklamasi adalah Ustad Ali Fauzi Manzi alias Salman alias Abu Ridho alias Ikrimah merupakan adik trio Bom Bali satu. Ali Fauzi pernah dikirim oleh Hambali ke Camp Abubakar dan Camp Hudaibiyah Mindanao secara khusus belajar perakitan bom (field Engeering) dan salah satu anggota special elit force Moro Islamic Leberation Front (MILF). Pada Tahun 1999 ia juga ditunjuk menjadi kepala instruktur perakitan bom Jama’ah Islamiyah propinsi Jatim.

” Tahun 2000 sampai dengan 2002 menjadi Kepala Instruktur pelatihan militer di Ambon dan Poso dibawah organisasi baru bernama Kompak. Tahun 2002 Ali melarikan diri ke Mindanao untuk bergabung dengan pasukan lamanya disana ketemu dengan Umar Patek, Abdul Matin, Marwan (Malaysia), Mu’awiyah (Singapura), dll untuk mendirikan Camp yang tak jauh dari Marawi. Akhir Tahun 2004 Ali Fauzi tertangkap oleh Police National Philipina (PNP) di penjara kemudian Tahun 2007 di deportasi.

Sebelumnya sempat di periksa dan di bina oleh satgas bom Mabes Polri selama 8 bulan kemudian dipulangkan ke kampung halaman di Desa Tenggulun Solokuro Lamongan sekarang kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi untuk setia kepada NKRI dan menjadi Direktur Lingkar Perdamaian sampai saat ini.

Sementara itu, untuk tiga Pasukan Pengibar Bendera Merah Putih yaitu, Saiful Abid mantan Napiter kasus penembakan anggota Brimob BKO Aceh di Poso, Zulia Mahendra anak terpidana mati Amrozi dan Khoerul Mustain anak mantan Napiter Nor Minda.

Saiful Arif alias Abid alias David alias Jack, ia berangkat ke Ambon Tahun 2001 untuk ikut konflik sektarian Maluku dibawah bimbingan Abu Ridho setelah itu Tahun 2003 pindah ke Poso. Terlibat penyerangan terhadap warga desa Beteleme Poso juga baku tembak dengan anggota Brimob BKO Aceh di Poso, 6 temannya tewas sementara yang luka-luka 3 orang termasuk ia tertembak di bagian kaki kemudian di bawah Polisi ke Dokes Polda Sulteng lalu di rujuk ke rumah sakit Undata Palu seterusnya telapak kaki di amputasi, keluar penjara pada 2006. Sekarang ia jadi Pengurus Yayasan di Lingkar Perdamaian.

Zulia Mahendra adalah putra bungsu terpidana mati Almarhum Amrozi. Ia sempat lama merasa dendam dan marah terhadap negara yang telah mengekskusi ayahnya, lanjutnya Mahendra menyadari bahwa itu bagian dari suratan hidupnya. Di bawah binaan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) dan Polres Lamongan, sekarang Mahendra sudah sembuh dari dendamnya.

Khoerul Mustain putra dari Nor Minda terpidana 4 tahun penjara karena terlibat bom Bali satu sebagai penyedia bahan juga bagian penyimpanan senjata dan amunisi.

Sebagai Komandan Peleton (Danton) Ust Asadullah alias Ust Sumarno adalah Napiter bom Bali 1 dan Komandan upacara Yoyok Edi alumni Ponpes Al Islam. Sedangkan Petugas ikrar sumpah setia NKRI, Hamim Thohari mantan Napiter Bom Bali Satu.

Sumarno alias Asadullah adalah keponakan Trio Bom Bali Satu Amrozi, Asadullah adalah lulusan pertama pelatihan militer Jama’ah Islamiyah (JI) Jawa Timur di bawah bimbingan pamanya Ali Fauzi, ia paham dan mengetahui metode pemboman, yang bersangkutan tertangkap Tahun 2002 karena terlibat dengan Bom Bali Satu, menyembunyikan bahan peledak senjata dan amunisi dan divonis lima tahun penjara, ia sekarang menjadi Bendahara di Yayasan Lingkar Perdamaian.

Komandan Upacara adalah Yoyok Edi sucahyo alias Broyok yang pernah belajar kepada Abu Faris salah satu komandan perang ISIS di Syria”, jelasnya.

” Usai upacara dalam wawancara dengan sejumlah awak media, Ustad Ali Fauzi Manzi mengatakan, ” Upacara kemerdekaan kali ini yang ketiga kalinya dan dinilai berbeda dengan tahun yang lalu, baik tahun 2017 maupun tahun 2018. Karena saat ini diikuti juga oleh keluarga baik ibu-ibu dan anak-anak.

“ Ditegaskannya, pada 2019 ini bisa kita lihat bersama, kita mengikutkan sertakan istri dan anak-anak juga, yang pada tahun-tahun lalu belum pernah kita lihat, sebuah upacara diikuti oleh perempuan-perempuan bercadar mereka juga semuanya sangat antusias mengikuti jalannya upacara dengan hikmat. Upacara ini juga merupakan bagian dari upaya memutus mata rantai terorisme.

“ Lebih lanjut dikatakan, ” Kawasan Tenggulun ini sebelumnya adalah identik dengan terorisme, dengan bom, tapi padangan masyarakat umum kini kita ubah suasana tersebut, yang sekarang kita tahu Tenggulun menjadi Desa Deradikalisasi dan bisa dikatakan sebagai barometer untuk program-program deradikalisasi yang bersinergi dengan pemerintah.

” Dia berharap muncul Lingkar Perdamaian lain di kota lain di Indonesia untuk sama-sama mereduksi ekstrimisme, terorisme yang saat ini belum juga begitu turun tensinya. Harus terus digelorakan nasionalisme”, harap Ustad Ali Fauzi Manzi yang lagi menempuh study Strata tiga (S.3) disalah satu Perguruan tinggi. Beliau juga mintak do’a agar bisa lulus dengan nilai baik, dengan tujuan sebagai bekal memberikan pembelajaran para mantan Combatan napiter yang diemban sebagai Direktur Yayasan Lingkar perdamaian tersebut.

Sementara itu, Kapolres Lamongan AKBP. Febby D.P Hutagalung yang betindak sebagai inspektur upacara mengungkapkan, upacara HUT RI ke-74 bersama mantan Napiter ini adalah salah satu upaya untuk menggelorakan semangat nasionalisme, patriotisme dan semangat jiwa cinta tanah air kepada masyarakat, khususnya mantan Napiter.

” Yayasan Lingkar Perdamaian mengakomodir mantan napi-napi teroris yang sebelumnya bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah, termasuk memusuhi kepolisian, tetapi saat ini mereka cinta tanah air, mereka siap hormat bendera, mereka melaksanakan upacara hari kemerdekaan dengan hikmat. Ini adalah hal yang luar biasa,” Ungkap AKBP. Febby seusai melaksanakan upacara.

Ditambahkan oleh AKBP. Febby dengan penuh harapan, apa yang dilakukan para mantan Napiter anggota YLP ini dapat memberikan dampak positif terhadap situasi berbangsa dan bernegara secara menyeluruh, bukan hanya di Lamongan. “Dan tentunya bisa mereduksi masyarakat yang mungkin sangat antipati dengan pemerintah. Mudah-mudahan Tenggulun ini bisa menjadi contoh di dunia Internasional,” tandasnya.

Yayasan Lingkar Perdamaian Berikrar :
” Indonesia Negeri Tercintaku, Kami Siap Mendukungmu, Menjunjung Tinggi Namamu, Karena Kami Generasimu. Walaupun Banyak Perbedaan, Tapi Disini Lah Kami Disatukan, Bersama Menjunjung Toleransi, Bersama saling Menghargai. Dengan Tekad Yang Kuat Marilah Kita Bersatu Dalam Perbedaan, Menjunjung tinggi Keberanian, Untuk Mencapai Satu Tujuan, Karena Kita Satu Indonesia. Berbedaan Adalah Cipta Kreasi Sang Tuhan, Itu Yang Harus Kita Pertahankan. Perbedaan adalah Pusaka Yang Harus Kita Rajut Bersama, Dan Itu adalah Bhinneka Tunggal Ika. Kami Yayasan Lingkar Perdamaian, Dan Kami Indonesia, Siap Menjaga NKRI. 74 Tahun Dirgahayu Republik Indonesia. Merdeka… Merdeka… Merdeka… !!!” (Pul/As).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *