Menyimak Tradisi Maleman di Keraton Kasepuhan Cirebon, Menyambut Keistimewaan Malam Lailatul Qadar

Daerah, Regional1,005 views

Kabarone.com, Cirebon – Alhamdulillah hari ini.memasuki 20 ramadhan tidak terasa memasuki 10 hari terakhir di bulan ramadhan sesuai janji Allah ada malam lailatul qodar malam yg lebih baik dari 1000 bulan. Menyambut datangnya malam Lailatul Qadar sejak pagi hari tadi ibu para wargi Keraton Kasepuhan Cirebon yang dipimpin Raden Ayu Isye Natadiningrat di Keraton Kasepuhan Cirebon melaksanakan tradisi saji maleman.

Dalam melakukan tradisi para wargi Keraton Kasepuhan Cirebon menyiapkan dan mengirim lilin, delepak, minyak kelapa dan ukup. Setelah sarana prasarana sudah dipenuhi lengkap, kemudian dibawa para keamanan berangkat ke Astana Gunung Jati berjalan dari Keraton kasepuhan Cirebon ke Astana Gunung Jati Kabupaten Cirebon,

Sarana prasarana tersebut seperti lilin akan dinyalakan setiap malam tanggal ganjil. “Filosofinya adalah kita dalam menyambut malam lailatul qodar harus dalam keadaan bersih dan wangi hati gembira melek atau tidak tidur menyala terus sepanjang malam dengan sholat zikir doa dan alquran,’ kata Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon, Pangeran Raja Adipati (PRA) Arif Natadiningrat:, SE kepada awak media setelah melepaskan kegiatan di Pungkuran Prabayaksa Keraton Kasepuhan Cirebon Kamis kemarin.

Dijelaskan, ibu2 para wargi mengemas sarana prasarana saji di ruang Pungkuran Dalem Arum Keraton Kasepuhan Cirebon . ” Diharapkan semoga kita diberikan hidayah mendapatkan malam lailatul qodar, insyaallah,” ungkapnya.

IMG-20170616-WA0010Peringatan lailatul qadar di pengujung Ramadan. nampak kegiatan menyambut malam Lailatul Qadar terlihat puluhan ibu-ibu famili Keraton Kasepuhan di ruang Pungkuran Dalem Arum, Keraton Kasepuhan, Cirebon. Dengan terampil, tangan ibu-ibu berkerudung dan berbaju putih tersebut memilin kapas menjadi gulungan panjang atau disebut delepak.

Selain itu, ada ibu yang mengikat guci yang berisi ukup. Ukup adalah wewangian alami campuran dari cendana, dewandaru, akar wangi, dan rumput teki yang dicacah lalu disangrai menggunakan gula merah. Di sisi lain, ada pula ibu yang menyusun botol-botol kaca berisi minyak kelapa di sebuah tandu.

“Ini membuat saji maleman menyambut lailatul qadar,” kata Raden Ayu Isye Natadiningrat. Saji maleman dibuat oleh ibu-ibu famili Keraton Kasepuhan di hari-hari terakhir puasa Ramadan. Siapa pun boleh membuatnya, tapi menurut Isye ada syaratnya. “Mereka harus dalam keadaan suci,” katanya.

Selanjutnya, saji maleman dimasukkan ke tandu, lalu ditutup menggunakan kain berwarna kuning. Membawanya dilakukan oleh dua orang kemit, penjaga makam Sunan Gunung Jati, dengan cara ditandu. Ada pula saji maleman yang dimasukkan ke sebuah kotak kayu besar, yang cara membawanya dengan menggendong menggunakan kain layaknya menggendong anak.

“Kalau yang kayu ini untuk di makam Sunan Gunung Jati yang letaknya paling atas,” kata Isye. Ada lima kemit yang membawa saji maleman. barisan pertama pembawa tombak. Selanjutnya, dengan berjalan kaki, saji maleman dibawa ke puncak Gunung Sembung di Astana Gunung Jati Kabupaten Cirebon.

Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon, PRA, Arief Natadingrat, SE menjelaskan, tradisi saji maleman selalu dilakukan menjelang 10 hari berakhirnya bulan Ramadan. “Ini bentuk suka cita kami menyambut datangnya lailatul qadar,” kata Arief. Lilin, delepak, dan minyak kelapa digunakan untuk menjadi penerang setiap orang yang berdoa dan beriktikaf. Wewangin juga ditebarkan untuk menyambut turunnya malaikat ke bumi dan memberikan rahmat bagi orang-orang yang terpilih.

PRA, Arief Natadingrat juga berharap setiap muslim justru memperbanyak ibadah dan iktikaf di masjid menjelang berakhirnya bulan Ramadan. “Supaya kita mendapatkan lailatul qadar,” kata Arief. Malam yang lebih baik daripada malam seribu bulan.

Setiap muslim pasti menginginkan malam penuh kemuliaan, Lailatul Qadar. Malam ini hanya dijumpai setahun sekali. Orang yang beribadah sepanjang tahun tentu lebih mudah mendapatkan kemuliaan malam tersebut karena ibadahnya rutin dibanding dengan orang yang beribadah jarang-jarang. ” Kita akan melihat keistimewaan Lailatul Qadar yang begitu utama dari malam-malam lainnya yang sangat dirindukan bagi orang yang beriman,” pungkasnya. (Mulbae)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *