Lamongan, Kabarone.com – Pilkada serentak tahun 2020 kali ini, menjadi peluang dan celah Generasi milenial untuk tampil di kontestasi daerah 5 tahunan itu. Politik itu seni, Art of possible segalanya bisa saja terjadi. Pilkada kali ini akan menjadi gerbang bagi generasi muda milenial untuk tampil sebagai salah satu pilihan calon pemimpin baru.
kita lihat saja dinamika politik indonesia di beberapa daerah sudah terjadi, muncul calon-calon baru muda dengan berbagai peluang lahirnya pemimpin baru millenial itu. Hal ini sudah terjadi pada masa demokrasi saat ini, masyarakat ingin pemimpin yang segar, track record baik dan memiliki visi misi yang murni, pemimpin yang baik tidak saja dapat dilihat dari sisi pengalaman yang dimilikinya namun Dinilai dari kemampuan dan kualitas diri.
Mendekati generasi Milenial bukan tanpa tantangan, seperti yang pernah di lansir oleh majalah TIME pada 2013 lalu memberikan label kepada generasi millenial sebagai, “The Me Me Me Generation”. Millenial Menurut TIME dinilai sebagai generasi yang individualistik, sangat tergantung pada teknologi dan apatis terhadap Politik.
Direktur eksekutif DKS POLRSTER, Budi Utomo konsultan politik dari surabaya, mengatakan pada awak media Kabarone.com, senin (06/07/2020).
“Di tengah pandangan bahwa generasi milenial adalah generasi yang apatis terhadap politik dunia justru sedang mengalami naik daunnya politik anak muda atau politik milenial terlepas dari apapun pandangan politik yang mereka yakini trend politik milenial di dunia sebenarnya bisa diartikan tumbuh nya kesadaran politik milenial. Tentu saja Ini masih jauh dari cukup hasil-hasil survei gamblang menunjukkan bahwa kesadaran politik milenial harus menjadi perhatian bersama di Indonesia, kita melihat apatisme milenial terhadap politik tak lepas dari persepsi bahwa “politik itu kotor” laporan tahunan KPK sejak 2004 hingga 2016 menunjukkan bahwa sebanyak 32% dari mereka yang ditangkap KPK adalah kader partai politik belum lagi setiap hari kita disuguhi dengan pemberitaan tentang pejabat publik yang menggunakan rompi oranye.” Terang Budi Utomo, saat di wawancara via telepon.
Tambahnya, “Tentu saja Pernyataan di atas harus di justifikasi oleh survei mengenai alasan milenial apatis berpolitik, Daniel witthenberg pada 2013 Menulis artikel “The Guardian” mengenai anak muda dan politik menceritakan bagaimana ia dan anak muda lainnya tertarik dengan isu-isu yang berkaitan dengan masa depannya seperti akses pendidikan pelayanan kesehatan lapangan pekerjaan dan rumah murah bahkan dengan tegas menyatakan bahwa sesungguhnya anak muda tertarik dengan politik dan tidak pernah tapi tidak pernah diberi kesempatan dalam dunia politik, atau seperti juga bahasa tentang Pemimpin era millenial, baca buku “Pemimpin Kreatif Era Milenial” Karya Ridwan Kamil itu juga gambaran tentang dunia Politik era sekarang,” tegas Direktur eksekutif DKS POLRSTER itu.
Melihat Trend itu Jika Partai politik yang tidak menyiapkan calon kader nya muda nya yang berkualitas untuk disajikan sebagai pilihan terbaik di masyarakat, maka akan terancam dengan tampilnya tokoh muda sebagai penantang, atau dari kalangan millenial akan lahir sesuai dengan karakter daerahnya. Di Samping itu masih ada faktor sejarah daerah yang bisa membentuk calon pemimpin muda lebih Kritis, dinamis dan masif.
Perpolitikan saat ini harus menjadi tempat kawah Candradimuka yang bisa menghasilkan pemimpin muda yang bagus dan kuat untuk menjadi Garda terdepan meregenerasi pemimpin muda di Kabupaten Lamongan. Apa lagi Jumlah pemilih kelompok milenial merupakan yang terbesar.
” Kita lihat data penduduk dari total penduduk 1.188.193 jiwa di Kabupaten Lamongan sendiri, jumlah penduduk usia muda yang tergolong generasi Millenial umur 15 – 39 tahun mencapai total 443.051 jiwa penduduk. Jumlah ini berarti kurang lebih 40 persen nya adalah generasi milenial yang merupakan usia produktif, ” ujar Budi.
Tentu saja hajatan lima tahun sekali ini pada desember 2020 nanti, akan membuka kesempatan yang luas bagi generasi muda untuk tampil Gemilang diawali dengan langkah partai politik untuk meramu calon yang diunggulkan baik dari generasi tua maupun gabungan dengan calon muda yang bisa tampil lebih Prima. diawali dengan langkah partai politik untuk meramu calon yang diunggulkan baik dari generasi tua maupun gabungan dengan calon muda yang bisa tampil lebih Prima tidak bisa dipungkiri pemimpin yang dibutuhkan masyarakat adalah pemimpin yang bisa berpikir kreatif dan dinamis didukung kapasitas dan kapabilitas sehingga tidak membuat partai politik miskin ide dalam menjalankan dan melahirkan calon pemimpin muda.
Memang setiap partai politik punya mekanisme dan kebijakannya sendiri, Mungkin saja akan terjadi penggabungan antara tokoh tua dan muda bahasanya Fusion, gabungan antara dua elemen yang berbeda tetapi dapat menghasilkan pasangan yang bagus untuk membangun bangsa dan membangun daerah. penggabungan paket tua dan muda untuk tampil sebagai kepala daerah sudah terjadi di beberapa daerah seperti di Jawa Timur dan Jawa Barat pada Pilkada serentak sejak beberapa tahun lalu.
di tengah mekanisme partai politik Dalam mengemas calon pemimpin yang bisa meraup suara dari berbagai kalangan masyarakat, kesempatan pada anak muda untuk ikut menjadi kontestan pilkada jika tidak terakomodir dengan baik, maka akan menjadi Boomerang bagi Partai Politik itu sendiri.
dengan adanya rasa tidak percaya masyarakat dengan partai politik, dan adanya Track Record generasi sebelum nya maka akan menjadi peluang lahirnya calon Calon Muda baru sebagai penyegar yang lebih energik akan menjadi pemenang hati masyarakat.
Hal senada masih di ungkapkan oleh, Budi utomo. ” Partai politik di nilai gagal, jika tidak bisa untuk memilih dan merekrut calon pemimpin dari zaman ke zaman dari waktu ke waktu. Ketika suatu daerah masyarakatnya sudah mengalami kemandekan dan mengalami kejenuhan dalam berpolitik kemungkinan calon-calon itu, yaitu calon calon generasi muda akan muncul dengan potensi menarik Perhatian dan Hati masyarakat akan ada dan tidak tertutup kemungkinan akan bisa terjadi, ” ungkap nya.
Seperti yang sudah terjadi di beberapa daerah dengan muncul nya Pemimpin baru millenial tersebut seperti Nur Arifin bupati Trenggalek yang masih berusia 25 tahun, Emil Dardak Wakil gubernur Jawa Timur yang berusia 36 tahun, wakil bupati Deiyai papua berusia 28 tahun, gubernur NTB M.zainul majdi yang berusia 36 tahun, gubernur Lampung M.Ridho ficardo Berumur 33 tahun, bupati Bangkalan M.makmun Ibnu fuad di usia 26 tahun, Sigit Purnomo atau Pasha Ungu saat di lantik menjadi wakil bupati Palu pada 2016 lalu juga tergolong usia milenial yaitu 36 tahun dan Masih banyak lagi daftar Pemimpin muda dengan usia muda yang masuk dalam Kategori Generasi Millenial. (F2)