Disinyalir, BBM Subsidi SPBU Kenanga Diselewengkan Berjama’ah

Kabarone, Bangka-Sejumlah kendaraan, baik beroda dua maupun beroda empat terlihat hilir mudik pada tengah hari (29/02) dari Setasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kenanga, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka menuju halaman belakang deretan rumah makan dekat persimpangan PT ABI. Jarak rumah makan tersebut dari SPBU Kenanga sekitar 50 meter. Setelah didekati, ternyata kendaraan-kendaraan tersebut tengah menguras BBM Subsidi jenis premium (bensin), dituangkan melalui selang dari tangki bbm kendaraan kesejumlah jerigen yang telah disiapkan. Pelakunya lebih dari 10 orang. Terlihat juga 1 buah mobil box yang barusan keluar, diduga membawa bbm dalam jerigen yang dikumpulkan sebelumnya untuk diantar kekonsumen. Di Bangka, pelaku kegiatan penyimpangan bbm subsidi itu disebut dengan istilah “pengerit”. Mereka melakukan pembelian bbm subsidi itu secara berulang-ulang pada hari itu hingga bbm subsidi habis dari stok spbu.

Kendaraan roda dua yang hilir mudik adalah sepeda motor merk Suzuki Thunder yang kapasitas tangki bbm mencapai 20 liter. Sementara kendaraan roda empat yang terlibat dari berbagai merek. Saat itu terlihat ada Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Honda Brio, dan Suzuki AVP. Kepada salah seorang pelaku yang baru selesai menyedot bensin kedalam jerigen, ketika ditanya terkait siapa yang memiliki tumpukan jerigen berisi bensin tersebut terlihat menjawab tampak gugup. “Ngak tahu pak, mungkin orangnya lagi keluar”. Dia kemudian buru-buru meminggirkan mobil Daihatsu Xenia warna biru kesamping warung makan.

Sementara di SPBU Kenanga terutama pada bagian pengisian bensin, antrian sepeda motor pengerit tampak sibuk menunggu giliran. Demikian pula sejumlah kendaraan roda empat bercampur antara mobil milik pengerit dengan mobil milik umum, terlihat antri. Dari informasi, para pengerit ini diduga membayar lebih kepada oknum SPBU, sehingga kegiatan yang telah berlangsung tahunan itu tetap lancar. Harga bensin subsidi di spbu adalah Rp 6450. Untuk tingkat pengecer kemudian bensin subsidi itu dijual Rp 8000 sd Rp 9000 perliter. Bahkan rerata dikemas dalam botol air mineral dengan harga Rp 10.000 dalam setiap botol tergantung permintaan.

Kegiatan penyimpangan bbm itu biasanya berlangsung dari sejak kedatangan bbm ke SPBU menjelang tengah hari hingga sore hari yang langsung habis dan berlansung hampir setiap hari. Tentunya warga masyarakat sangat dirugikan oleh ulah tersebut. Disamping karena terganggu dengan panjangnya antrian kendaraan, juga kelangkaan mendapatkan bbm subsidi, sebab keesokan paginya bbm itu sudah habis jika harus mencari di spbu bersangkutan. Namun itulah realita yang terjadi, subsidi yang seharusnya dinikmati oleh yang berhak, tetapi yang terjadi malah “mafia bbm subsidi” yang menangguk untung. (Suhardi)