Opini

DEMOKRASI KOMUNIKATIF

Jakarta,kabarone.com-Demokrasi dibangun atas dasar kesamaan, keadilan dan kebaikan umum. Nilai kebaikan dalam demokrasi bisa berjalan dengan baik bila demokrasi telah memenuhi prinsipnya, demokrasi bukan hanya sebagi sistem saja, namun demokrasi juga memiliki prisnsip kebaikan universal yang ada didalamnya untuk diimplementasikan.

Seperti yang di tekankan oleh sorensen bahwa demokrasi akan tumbuh dengan baik jika memenuhi 3 prinsip, pertama adalah partisipasi, liberalisasi (kebebasan) dan kompetesi. Artinya yang mau disampaikan sorensen bahwa demokrasi itu sendiri tidak boleh membatasi partisipasi masyarakat publik baik berupa shearing ide, gagasan, pendapat maupun critical movement. Selain itu kebebasan berpendapat atau berekspresi juga harus tetap terjaga, “mustahil kita bisa memperjuangkan keadilan dan kebenaran jika kebebasan berbicara dibatasi” karena kata dibatasi sebenarnya kontradiktif dengan kebenaran itu sendiri.

Cara maupun instrumen untuk menjadikan yang benar itu benar adalah komunikasi yang bebas dan rasional, komunikasi rasional atau dialektika harus tetap dihadirkan demi menghindari kebenaran tungal yang menjadi dogma politik (tidak benar). Yang ketiga adalah kompetesi secara jujur, adil (fair) dan konstitusional (sebuah aturan hasil kesepakatan bersama) prangkat tersebut menjadi mekanisme atau rule of game dalam berpolitik. Sorensen mengatakan bila demokrasi menafikan salah satu dari prinsip tersebut demokrasi akan menjadi membusuk dan menghadirkan ketidakadilan.

Demokrasi menjadi pilihan, atau konsensus bangsa kita untuk menjadikan demokrasi sebagai sistem ketatanegaraan negara kita. untuk itu nilai-nilai kebaikan yang terkandung didalamnya harus diimplementasikan demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat, kebebasan, menjaga hak asasi manusia dan keadilan. NIilai-nilai universal yang diusung demokrasi harus hadir ditengah-tengah masyarakat, dan marasuk dalam diri penguasa untuk mengatur sebuah tatanan negara.

Dalam pandangan jurgen habermas bahwa transfornasi demokrasi pada tingkat yang lebih baik akan terjadi bila tercipta ruang-ruang kebebasan berpendapat dan dialog-dialog emansipatoris dengan jalan komunikatif bukan jalan dominatif. Komunikatif yang dimaksud oleh jurgen adalah sebuah intraksi sosial dan kenegaraan dengan suasana komunikasi yang bebas dari penguasaan. Baik penguasaan yang hegomonik maupun intimidatif.

Maka sangat disayangkan bila terjadi intimidasi berupa cacian dan hujatan yang begitu sentimen terhadap beberapa pendapat atau kritik yang disampaikan oleh masyarakat dan publik pada pemerintahan priode ini, demokrasi tidak akan hidup dan berjalan baik jika partisipasi dan kebebasan berpendapat dibatasi, bentuk-bentuk pembatasan adalah bagian dari komunikasi yg terkuasai (terdominasi). Mestinya pemerintahan dengan segala kekuranganya harus lapang dada menerima pendapat dan kritikan demi menjaga esensi demokrasi, menjadikan pendapat dan kritikan sebagai asupan gizi untuk memperbaiki problem dan masalah bangsa yang lagi terpuruk karena pandemi covid dan berbagai hal yang konfergen pada negara yang kurang pruden diberbagai bidang.

Jurgen Habermas juga memunculkan teori communication action, teori ini sangat penting dalam kita berinteraksi dan bersosial, teori ini muncul atas penyempurna dari gagalnya teori kritis, walaupun didalam teori tindakan komunikasi itu sendiri masih kuat daya kritis didalamnya, teori ini menjadikan sesuatu yang ada diluar diri manusia tetap diposisikan sebagai subyek, sehingga interaksi yang terbangun adalah relasi subyek dengan subyek yang nanti berkembang menjadi intersubyektif. Bukan subyek dengan obyek, relasi subyek dan obyek hanya memunculkan interaksi instrumental sebuah pemahaman yang menjadikan sesuatu obyek sesuai dengan kepentingan variabel subyek, interaksi yang tidak membebaskan, hegomonik dan dehumanisme.

Bedah dengan tindakan Komunikasi dengan relasi subyek antar subyek, relasi inilah yang mewujudkan komunikasi tanpa penguasaan, komunikasi yang bebas dan merdeka, komunikasi yng tidak hegomonik dan tidak dominatif, tindakan komunikatif inilah menurut jurgen habermas yang mampu newujudkan demokrasi yang ideal. berdasarkan analisis teori tersebut Mestinya penguasa memposisikan kritik dan pendapat publik sebagai relasi subyek agar mencul dialektika dan kebenaran intersubyektifitas, bukan memposiskan kritik sebagai obyek yang secara tidak langsung membangun definisi inferior-superior. Jika paradigma yang dibangun subyek-obyek maka yang terjadi adala pendominasian dan hegemoni, menjadikan segala sesuatu diluar dirinya hanya obyek dan inferior. Dan menjadikan demokrasi terdistorsi dari nilai esensinya, Busuk dan tidak menghadirkan kebaikan publik. QOMAR

Redaksi

Share
Published by
Redaksi

Recent Posts

Ditinggal Kerja, Rumah Ludes Terbakar; Policeline Terpasang

KOTABARU,kabarOne.com- Diduga akibat korsleting listrik, sebuah rumah ludes terbakar di Desa Gunung Sari, RT 006…

7 hours ago

RPJMD Merupakan Produk Daerah, Syairi Mukhlis; RPJPD Bersinergi Dengan RPJPN

KOTABARU,kabarOne.com- Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan produk daerah atau perda yang sudah disepakati…

8 hours ago

Inspektorat Kabupaten Lamongan Sidak Rutin Di 6 Desa Kecamatan Sugio

LAMONGAN, Kabar One.com- Tim Inspektorat Pembantu (Irban) wilayah Kabupaten Lamongan segera memeriksa 6 (enam) Kepala…

1 day ago

Antisipasi Banjir, Camat Gambir Pimpin Gerebek Lumpur RW 02 di Kel Petojo Utara

JAKARTA, Kabar One.com : Dalam rangka mengantisipasi banjir saat memasuki musim penghujan, Pemprov DKI Jakarta…

1 day ago

PN Jakarta Utara Sidangkan Perkara Penipuan dan TPPU Bisnis Cangkang Kelapa Sawit Terdakwa TM Hawari Cs

Jakarta, Kabarone.com,-Terdakwa TM Hawari yang didakwa bersama-sama dengan Ir. Dwi Dharma Sugari, Candra Setiawan (sidang…

2 days ago

Waka Komisi III DPR RI, Kunker Pengadilan Tinggi makasar

Jakarta, KABARONE : Ketua Pengadilan Tinggi Makassar Dr. H. Zainuddin, S.H., M.Hum. mengharafkan Komisi III…

2 days ago