Menjaga Eksistensi Budaya, Tradisi Ngunjung Buyut Pubawinangun Wadah Pemersatu Warga

Daerah, Regional997 views

Karone.com, Cirebon – Helatan pentas seni dan budaya mulai dari pagelaran wayang kulit,drama sandiwara,sajian live musik,tablig akbar,prosesi ngunjung hingga lomba jalan santai berhadiah,mewarnai acara hajat bumi dan ngunjung buyut desa Purbawinangun kecamatan Jamblang kabupaten Cirebon.Gelaran ngunjung buyut yang diikuti antusiasme warga itu dilaksanakan dihalaman kantor kuwu Purbawinangun selama 3 hari berturut-turut.Dan dilaksanakan secara rutin setiap tahun dibulan November diminggu pertama.Menurut Kuwu Purbawinangun,Rusmana,acara tersebut dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas limpahan rahmat yang tak terhingga khususnya bagi masyarakat Purbawinangun.Selain itu,kata Kuwu,moment tersebut juga sekaligus sebagai ajang pembinaan persatuan,kesatuan dan kerukunan warga.Lebih jauh Kuwu menjelaskan,ngunjung buyut juga dimaksudkan untuk mengingat kembali sejarah desa Purbawinangun dan Pangeran Purbaya sebagai buyut yang dikabarkan sebagai perintis pertama berdirinya desa yang sekarang bernama Purbawinangun.”Pada mulanya,pada zaman dulu kala nama desa ini adalah Cibiuk (dari kata cai berarti air dan biuk berarti adem atau sejuk) atau yang berarti air sejuk.Namun pada zaman Belanda desa Cibiuk digabung jadi satu dengan desa Plumbon,dan baru pada tahun 1982 dimekarkan.Dan karena desa baru mekar dari induk,maka kemudian pada awal pemekaran disepakati nama desanya Purbawinangun,Purba berarti kawitan dan winangun berarti mbangun (membangun).Jadi Purbawinangun artinya mulai membangun,”papar Kuwu.
Ditambahkan Kuwu,gelaran tradisi ngunjung buyut didesanya sudah berlangsung turun temurun sejak pemimpin desa Pubawinangun masih dipegang oleh eyang buyutnya.Namun di era kepemimpinannya sekarang,ada sedikit tambahan waktu pelaksanaan dari satu hari menjadi tiga hari.Hal itu dimaksudkan untuk menampung aspirasi warganya yang menginginkan gelaran tradisi tersebut lebih lengkap dan sempurna.Pihak pemdes,imbuh Kuwu,merasa bertanggungjawab merealisasikan harapan dan aspirasi masyarakat yang mendukung penuh kegiatan tersebut.Selain itu,pihaknya juga merasa bertanggungjawab menjaga eksistensi budaya dan tradisi dari gempuran arus budaya global yang melanda Indonesia,tak terkecuali melanda warga masyarakat desa Purbawinangun.(sukadi/islah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *