Angka Stunting di Kotabaru Turun, Sekda; Dana Desa Untuk menghidupkan Posyandu

Daerah213 views

KOTABARU,kabarOne.com-Pemkab Kabupaten Kotabaru menggelar rembuk stunting 2024 dalam rangka pencegahan dan penanganan stunting di Kabupaten Kotabaru, bertempat dan di Grand Surya Hotel, Senin (3/6/2024).

Hadir Sekda Kotabaru, Forkopimda, Asisten, SKPD se- Kabupaten Kotabaru, kepala BPOM Tanbu, para Camat, Tim percepatan penurunan stunting Kotabaru, penyuluh KB, forum KKS Kotabaru dan undangan lainnya.

Sekda Kotabaru Drs. H. Said Akhmad memberikan apresiasi setinggi-setingginya atas pencegahan dan penanganan stunting di Kabupaten Kotabaru serta yang tergabung dalam kegiatan ini.

Saya berharap melalui kegiatan ini rasa semangat dalam diri kita dan kompak bersatu untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Kotabaru.

“Koordinasi tim pencegahan dan percepatan penurunan stunting tingkat Kabupaten/Kota merupakan salah satu kegiatan operasional yang diikut sertakan tim penurunan percepatan stunting dan mitra kerja lainnya,” ujarnya.

Lebih lanjut, dalam pelaksanaan kegiatan untuk mendukung dan memastikan untuk pelaksanaan koordinasi percepatan penurunan stunting di wilayah masing-masing.

“Sebelumnya penanganan stunting di Kotabaru cukup tinggi, yaitu 30 lebih persentasenya, Alhamdulillah dengan adanya kebersamaan dalam penanganan stunting hingga mengalami penurunan, termasuk perencanaan dan program tidak kalah pentingnya,” tambah Sekda.

Meskipun perencanaan cukup baik kalau programnya tidak jalan juga tidak baik, karena ini antara perencanaan dan program untuk semua SKPD lingkup Kotabaru.

“Di tahun 2024 di tingkat Desa harus memaksimalkan menghidupkan dan penganggaran di posyandu itu harus ada melalui APBD Desa, insyaallah akan menekan stunting dan Gizi buruk di Kabupaten Kotabaru,” harapnya.

Bappeda sebagai leading sektor untuk bisa mengawal semua SKPD dan juga Dana Desa untuk menghidupkan posyandu sebagai ujung tombak kesehatan masyarakat.

“Saya meminta di cantumkan di dana Desa, jadi progres APBDes itu ada untuk penganggaran menghidupkan kembali Posyandu dan untuk tahun 2025 sudah di anggarkan di tahun 2024 ini,” pintanya.

Kepada Dinas Kesehatan fokus untuk penanganan kesehatan untuk Gizi buruk, jadi kurangi untuk kegiatan fisiknya, dan untuk Dinas PUPR dimana ada daerah-daerah yang sumber airnya tidak layak bikinkan sanitasi, WC, segala penyediaan air bersihnya.

“Jadi kalau kita ingin menuntaskan stunting harus ada gerakan bersama, artinya tidak bisa hanya di tumpukan kepada Dinas Kesehatan saja,” sebutnya.

Sementara itu, Satgas Stunting BKKBN Provinsi Kalimantan Dedy Ariady, SKM, M. Kes mengatakan, Penurunan angka stunting khususnya di Kabupaten Kotabaru sangat drastis yang mana sebelumnya di tahun 2023 angka stunting mencapai 30 lebih persentasenya, dan sekarang menurun di angka 20,1 persen, jadi ada penurunan angka sebanyak 11 persen.

Modal manusia yang awalnya dirumuskan oleh Becker (1962) berpendapat bahwa penanganan stunting itu memerlukan waktu selama 100 tahun dengan melalui transgend, yang artinya genetik dari nenek itu di turunkan kepada cucunya.

“Jadi menyelesaikan stunting itu dari nenek ke cucu, kenapa generasi- generasi kelahiran tahun 1980 itu tidak maksimal tingginya, kalah dengan kelahiran 1960, akan tetapi ini bisa di perbaiki dengan faktor Gizi dan lingkungan, dan ini bisa merubah genetik,” tambahnya.

Perlu diketahui, tatus derajat kesehatan itu di tentukan 4 faktor; faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan faktor genetik.

“Faktor pelayanan kesehatan itu hanya 10 persen, sedangkan faktor lingkungan hampir 40-60 persen, dan lingkungan yang di maksud adalah terpenuhinya pemberian Gizi, pola asuh yang baik dan tidak ada kekerasan dalam rumah tangga,” jelasnya.(HRB)

By; Herpani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *