Cempedak, Alternatif Ekonomi Rakyat Pasca Timah Di Kabupaten Bangka

Daerah, Regional1,388 views

Kabarone.com, Bangka-Di Kabupaten Bangka, Propinsi Bangka belitung selama ini pergerakan ekonomi masih bergantung dengan sektor penambangan timah. Apabila penambangan timah marak dan harga tinggi, ekonomi bergerak dinamis. Hal itu ditunjukan dengan tingginya tingkat komsumsi barang karena meningkatnya daya beli. Salah satunya terlihat dipasar-pasar yang ramai dengan pembeli.

Selain bergantung kepada tambang timah, perputaran ekonomi Bangka ditopang oleh perkebunan, terutama lada. Sudah dari jaman Belanda lada Bangka terkenal didunia. Saat itu kualitasnya nomor wahid, dengan merk dagang White Peper Muntok (Lada Putih Muntok). Pulau Bangka adalah penghasil lada putih terbesar dunia. Tapi itu dulu, sekarang lada Bangka tergilas lada Vietnam. Belum lagi harga yang anjlok drastis dari Rp 150.000, sekarang hanya Rp 50.000. Akibatnya petani lesu memberdayakan lada. Demikian pula produk perkebunan lain di Bangka yaitu karet yang harganya juga turun.

Hal itu diakui dan dikatakan oleh seorang pengusaha Bangka di Sungailiat, yaitu Ayung. Menurut Ayung untuk mendobrak agar ekonomi Bangka bergairah perlu digalakan sektor lain selain timah, lada dan karet. Seperti sektor pariwisata, pemerintah kabupaten perlu berinisiatif untuk menggalakan dengan membuat paket destinasi menjadi terpadu agar menarik wisatawan. Itu salah satunya.

Kemudian untuk sektor perkebunan, agar digalakan perkebunan buah khas Bangka. Cempedak misalnya. Buah cempedak merupakan buah khas Bangka, seluruh warga masyarakat mengenal buah itu. Cempedak memiliki musim, apabila tiba musimnya melimpah ruah, kadang tidak berharga. Tetapi buah cempedak dapat dijadikan aneka olahan. Daging buahnya dengan pengolahan dapat dijadikan dodol. Kemudian bijinya dapat dijadikan kripik. Produk cempedak olahan bernilai lebih dan diminati. “Selama ini jika tiba musim buah cempedak tiba, kebanyakan mubazir tanpa olahan, padahal jika diberdayakan akan menggerakan ekonomi masyarakat karena bernilai jual tinggi”, kata Ayung.

Untuk itu pinta Ayung, mengharapkan peran pemerintah daerah Kabupaten Bangka agar diadakan program menanam cempedak dan diselingi alpokat ditiap rumah. Pemerintah menyiapkan bibit kedua tanaman buah itu, yang tentunya bibit unggul untuk dibagikan kepada tiap rumah. Juga disertai dengan bimbingan dinas terkait agar ada tingkat keberhasilan. Penanaman bisa didepan rumah atau dibelakang, yang di Bangka rerata rumah tinggal memiliki halaman. 3 tahun kemudian dapat dirasakan hasilnya, tentu masyarakat dapat penghasilan. Untuk pemasaran dan pengolahan tidaklah sulit, tetapi pemerintah perlu juga pendampingan agar program tepat sasaran. “Masak kita kalah dengan daerah lain, Garut memilik Dodol Garut. Bangka ada Dodol Cempedak, tetapi selama ini makanan itu tidak terkenal di Indonesia, hal inilah yang perlu dipikirkan pemerintah”, tutup Ayung saat ditemui Sabtu (12/10). (Suhardi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *