Cegah PHK Akibat Perlambatan Ekonomi, Pemerintah Bentuk Tim Desk Khusus Investasi Tekstil & Sepatu

Ekonomi1,147 views

Kabarone.com, Jakarta – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bersama Kemenko Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Tenaga Kerja serta Kementerian Keuangan, dan didukung oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan Asosiasi Pabrikan Sepatu Indonesia (Aprisindo) menyepakati pembentukan Desk Khusus Investasi untuk sektor tekstil dan sepatu. Kesepakatan tersebut dihasilkan dalam rapat koordinasi lintas Kementerian yang diselenggarakan di Kantor Kemenko Perekonomian Jum’at (2/10).

Selain Kepala BKPM, hadir dalam rapat koordinasi tersebut Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Menteri Perindustrian Saleh Husein, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, dan Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo serta perwakilan asosiasi tekstil dan sepatu.

Kepala BKPM Franky Sibarani menjelaskan, pembentukan Desk Khusus Investasi tersebut dimaksudkan sebagai upaya pemerintah memfasilitasi investor existing di sektor tekstil dan sepatu dalam menghadapi permasalahan sehingga dapat mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK). Menurutnya, desk khusus investasi tekstil dan sepatu ini merupakan bentuk kehadiran negara dalam memfasilitasi permasalahan yang dihadapi investor existing.

“Desk Khusus Investasi ini merupakan bentuk perhatian pemerintah terhadap investor existing yang menghadapi masalah akibat pertumbuhan ekonomi yang melambat. Saat ini kami fokus di sektor tekstil dan sepatu yang sudah mengeluhkan adanya pelambatan dan berpotensi untuk merumahkan karyawan atau melakukan PHK. Kami berharap melalui desk ini PHK dapat dicegah. Selain itu, potensi kedua sektor tersebut untuk melakukan ekspor juga cukup besar,” ujar Franky di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (2/10).

Franky menambahkan, cara kerja desk khusus investasi tekstil dan sepatu ini adalah dengan menampung dan mengidentifikasi setiap permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha di kedua sektor tersebut. Tim lintas kementerian, selanjutnya akan memilah permasalahan yang perlu segera diatasi, termasuk permasalahan yang terkait dengan pemerintah daerah. Franky juga mengatakan tidak menutup kemungkinan desk khusus investasi ini juga akan melakukan inisiatif usulan kebijakan pemberian insentif untuk mendorong kinerja kedua sektor termasuk peningkatan ekspor.

Kepala BKPM juga mengharapkan adanya desk khusus investasi ini dapat menyelesaikan anomali investasi khususnya yang terjadi di sektor tekstil. Franky menjelaskan anomali yang dimaksud adalah pada satu sisi kalangan industri tekstil menyuarakan adanya permasalahan hingga yang menyebabkan adanya PHK hingga 39 ribu orang karyawan. Tapi di sisi lain, BKPM juga mencatat geliat investasi di sektor ini terus berjalan dan mengalami kenaikan pada Semester I 2015 kemarin. Bahkan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) juga mencatat industri garmen di Jawa Tengah masih kekurangan tenaga kerja hingga 8.000 orang.

BKPM mencatat, sepanjang Semester I 2015 realisasi investasi untuk sektor tekstil masih tumbuh positif, naik 58% sebesar Rp 3,88 Triliun dibandingkan Semester 1 2014. Realisasi investasi seluruh sub sektor tekstil pada Semester I 2015 juga tumbuh positif, yaitu industri pengolahan serat tekstil tumbuh 213% sebesar Rp 2,40 Triliun dari 82 proyek, industri pertenunan tekstil tumbuh 613% sebesar Rp 163 Miliar dari 25 proyek, industri pakaian jadi tumbuh 16% sebesar Rp 941 miliar, dan industri perlengkapan pakaian tumbuh 563% sebesar Rp 216 Miliar dari 15 proyek. Sementara itu, realisasi investasi untuk sektor alas kaki pada Semester I 2015 tumbuh 613% sebesar Rp 759 Miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dari 69 proyek.

Dari sisi potensi ekspor sektor tekstil dan alas kaki Indonesia masih cukup besar karena pada tahun 2014 ekspor tekstil dan pakaian jadi Indonesia hanya 1,85% dari nilai pasar global sebesar US$ 700 Miliar. Demikian pula dengan sektor alas kaki di mana ekspor Indonesia hanya 4% dari nilai pasar global sebesar US$ 100 Miliar. (Up)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 comments

  1. Mengenai pemerintah, sesungguhnya saya pribadi kecewa dengan beberapa menteri Jokowi sebelumnya, terutama di bidang ekonomi yang saya lihat kurang sigap menghadapi financial contagion yang mungkin muncul akibat gejolak global. Harapannya masuknya Pak Darmin bisa memulihkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia.